Design Thinking for Sociopreneur

Andrian Wijaya
3 min readNov 30, 2020
Pic Source: https://www.marketeers.com/kenali-design-thinking-sebelum-bikin-startup/

Design thinking pada umumnya digunakan dalam dunia bisnis untuk menemukan ide-ide yang menarik berdasarkan kebutuhan orang-orang. Pada khususnya, kebutuhan orang-orang merupakan suatu permasalahan yang harus dipecahkan agar bisnis yang kita ciptakan bisa lebih bermutu.

Sesuai dengan tema yang diacarakan, “Design Thinking for Sociopreneur” menjadi perbincangan di dalamnya. Apa yang terlintas di benak anda tentang sociopreneur ini? Apa bedanya dengan entrepreneur?

Entrepreneur atau pengusaha membangun bisnis demi menghasilkan profit. Profit yang dihasilkan ini guna pemasukan pribadi dari usaha yang dibangun. Berbeda dengan sociopreneur yang membangun usaha dengan mengesampingkan keuntungan dan lebih mengutamakan kepentingan sosial. Itulah karenanya sociopreneur lebih menitikberatkan kepada kesejahteraan sosial.

Design thinking terdiri dari lima tahapan yakni: emphatize, define, ideate, prototype, dan test. Apa saja yang dimaksud?

Emphatize. Pada tahapan ini, sesuai dengan namanya kita memfokuskan diri kita pada calon pelanggan kita. Kita dimaksudkan untuk berpikir “customer-centered” di mana kita memikirkan kira-kira permasalahan apa yang dimiliki pelanggan.

Define. Menentukan apa yang menjadi masalah pelanggan yang utama. Dari sekian permasalahan yang dialami, kita menentukan masalah apa yang sangat menghambat.

Ideate. Ide adalah gagasan awal dalam sebuah bisnis. Di sinilah kita berjuang untuk mendapatkan ide sebanyak mungkin tanpa mengevaluasi mereka agar kita tidak tersendat dalam mewadah ide-ide tersebut.

Prototype. Uji coba pada khususnya memang untuk melihat berapa nilai dari produk yang kita ciptakan. Namun, perlu digarisbawahi prototype belum melihat dari sisi konsumen akan produk kita, melainkan dari kita sendiri yang menilai apa produk kita sudah memiliki kepantasan.

Test. Tahapan terakhir di sini merupakan mencobakan produk kita kepada konsumen. Dari sini, kita akan mempelajari lebih jauh lagi produk kita di mata konsumen.

Dalam pelajaran tersebut, tentunya saya menjadi bisa membuat sebuah ide dengan proses design thinking. Ide ini bernama “Are You Tired?”, layanan sosial berbentuk aplikasi/web yang terdapat berbagai macam solusi untuk mereka yang lelah.

Pic source: https://www.cedars-sinai.org/blog/hidden-symptoms-of-stress.html

Emphatize. Saya melihat di era ini stress menjadi salah satu hal yang lekat dalam diri manusia tak luput usia. Bahkan anak muda di bangku sekolah pun dapat mengalami stress akibat berbagai faktor.

Define. Bisnis ini ada untuk mereka yang mengalami gejala stress.

Ideate.

  • Menyediakan lagu instrumental.
  • Menyediakan ahli psikolog untuk diajak berbincang.
  • Menyediakan game yang memang dirancang untuk stress-reliever.

Pada khususnya web/app ini memang dikhususkan bagi mereka yang sedang dalam masa-masa sulit. Mereka bisa memilih apa yang mereka butuhkan. Fitur baru pun akan ditambah seiring permintaan pelanggan.

Prototype. Konsep yang membedakan antara aplikasi ini adalah dengan menyediakan jasa psikolog sebagai “teman” agar mereka serasa didengar. Manusia sendiri pada psikologinya membutuhkan seorang pendengar, bukan seorang penasihat yang berpotensi memperkeruh kondisi otak manusia.

Test. Tahap ini akan menjadi eksekusi app ini. Apakah situs ini akan cukup membantu atau tidak. Sehingga, masukkan-masukkan yang ditujukan dapat memperbaiki situs ini menjadi lebih baik.

Reference:

Savetri, Dhea Nadhilah. (2020, 25th November). Design Thinking for Sociopreneur. Live on BINUS Festival 2020 via zoom.

--

--

Andrian Wijaya
0 Followers

College student of Binus University @Bandung. Introduction to Entrepreneurship (LE02)